DEMO TAMRIN: Aksi damai dalam menyikapi pernyataan Prof DR Thamrin A Tomagola.
Mereka mengadakan orasi peryataan sikap di Bundaran Untan, dilanjutkan ke DPRD Kalbar.
Aksi serupa juga dilakukan di Bundaran Besar Palangka Raya, Kalteng dan Bundaran HI Jakarta.
Massa menuntut Thamrin minta maaf dan ditindak secara hukum adapt. Hendry Prie/Kalteng Pos
==============================================================================
Mereka mengadakan orasi peryataan sikap di Bundaran Untan, dilanjutkan ke DPRD Kalbar.
Aksi serupa juga dilakukan di Bundaran Besar Palangka Raya, Kalteng dan Bundaran HI Jakarta.
Massa menuntut Thamrin minta maaf dan ditindak secara hukum adapt. Hendry Prie/Kalteng Pos
==============================================================================
PONTIANAK--Ratusan masyarakat Dayak dari berbagai elemen mengecam Thamrin Amal Tomagola, guru besar dan sosiolog Universitas Indonesia (UI) dengan menggelar unjukrasa, Sabtu (8/1) pagi. Aksi yang sama juga dilakukan di Palangka Raya, Kalteng dan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta. Hal ini terkait pernyataan Thamrin saat menjadi saksi ahli dalam kasus video mesum Ariel Peterpen.Thamrin hadir dalam sidang Ariel, Kamis 3 Desember 2010. Seusai memberikan keterangan sebagai saksi ahli, kepada wartawan Thamrin menyatakan, video porno dengan pemeran mirip Ariel tidak meresahkan bagi sebagian masyarakat Indonesia. Menurutnya, sebagian masyarakat Indonesia menganggap hal itu biasa, termasuk di Suku Dayak.
Bahkan Thamrin mengungkapkan dari hasil penelitiannya, di Suku Dayak bersenggama tanpa diikat perkawinan oleh sejumlah masyarakat sana sudah dianggap biasa. Malah, hal itu dianggap sebagai pembelajaran seks.Atas pernyataan Thamrin inilah sejumlah elemen masyarakat Dayak Kalbar bereaksi.Masyaraakat Dayak meminta Thamrin untuk mencabut dan mengklarifikasi pernyataannya. Ia pun harus membuat permintaan maaf secara terbuka terhadap masyarakat Dayak. Tidak hanya itu, sebagian massa meminta agar Thamrin dikenakan hukum adat. Bahkan meminta kepada Forum Rektor, untuk meninjau ulang gelar professor dan doktor yang disandang Thamrin.
Unjukrasa dimulai di Rumah Betang, Jalan Letjen Sutoyo, Pontianak. Sebelumnya massa menggelar ritual adat di rumah Betang yang dipimpin temengung adat, berupa pemotongan seekor ayam jantan. Setelah itu, massa konvoi menuju Bundaran Digulis Untan dengan menggunakan kendaraan. Usai berorasi, massa melanjutkan ke kantor DPRD Provinsi Kalbar.
Koordinator aksi dan sekaligus Bendahara Majelis Adat Dayak Nasional (MADN) wilayah Kalbar, Marselina Maryani SHut mengungkapkan, masyarakat Dayak merasa dirugikan dengan pernyataan atau kajian ilmiah yang berbau fitnah dan mendiskriditkan nilai-nilai luhur adat Dayak.Peresan masyarakat Dayak terlukai karena pernyataan Thamrin sudah menyinggung harkat dan martabat Dayak, dimana masyarakat Dayak sampai saat sekarang masih menjunjung tinggi norma-norma kehidupan dalam bermasyaraakat.
“Pernyataan Thamrin selain fitnah, juga sudah mencemarkan nama baik Suku Dayak di kancah nasional. Untuk itu, dia (Thamrin, red) harus mempertangungjawabkan pernyataannya. Maaf saja tidak cukup, harus diberi sanksi berupa hukum adat dan hukum negara,” kata dia.
Ketua Dewan Adat Dayak Kalimantan, Henry Lisar juga menyatakan protes keras terhadap pernyataan sosiolog UI, Thamrin. Selama ini masyarakat Dayak berpegang teguh pada prinsip “Adil Ka’ Talino, bacuramin ka’ Saruga, basengat ka’ Jubata”. Maka pernyataan Thamrin tersebut wajib dipertangungjawabkan karena sangat menyinggung perasaan, harkat dan martabat serta mencederai prinsip-prinsip yang menjadi pegangan hidup masyarakat Dayak.
“Untuk menghindari terjadinya disharmonisasi maupun konflik yang dapat merusak sendiri-sendi kehidupan bermasyarakat dan bernegara, khususnya masyarakat Dayak, maka Thamrin wajib mempertangungjawabkan perbuatannya didepan hukum dan hukum adat Dayak yang berlaku. Sudah sepantasnya Thamrin mengungkapkan permintaan maaf secara terbuka melalui media cetak dan elektronik kepada seluruh masyarakat Dayak,” katanya.
Adrianus Asia Sidot, Bupati Landak sekaligus Dewan Pertimbangan MADN wilayah Kalbar, menuturkan permintaan maaf Thamrin secara terbuka terhadap masyarakat Dayak merupakan hal yang penting. Karena perasaan masyarakat Dayak saat ini sedang terluka atas pernyataan Thamrin. “Atas permintaan masyakat Dayak, agar Thamrin dihukum adat akan dikaji. Namun saat ini yang penting dulu dia (Thamrin, red) membuat permintaan maaf secara terbuka kepada seluruh masyarakat Dayak. Kita harapkan secepatnya dia dapat melakukannya,” kata dia.
Gubernur Kalbar sekaligus Ketua Dewan Adat Dayak Kalbar, Cornelis akan membahas pernyataan sosiolog Universitas Indonesia Prof Dr Thamrin Amal Tamagola dalam persidangan kasus video Ariel tentang suku Dayak.“Jangan mengada-ada. Jangan mencari persoalan dengan Dayak,” ujar Cornelis di Balai Petitih belum lama ini.Menurut Cornelis, Thamrin terlalu berani membuat pernyataan seperti itu. Apalagi dia belum pernah pergi ke Kampung Dayak. “Jangan mengajak berlawanlah. Dayak itu pendek sumbunya. Mudah terbakar,” kata Cornelis.Cornelis menyatakan pernyataan dari Thamrin tidak benar. “Lihat saja penampilan saya. Dari dulu juga tidak (porno). Hanya orang saja mempolitisir dan menganggap primitif. Dianggap tidak sekolah dan hidup mengembara,” katanya.
Demo di Jakarta
Majelis Adat Dayak Nasional, juga menggelar aksi di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta. “Ini sebagai kelanjutan dari protes yang Kami sampaikan terhadap Prof Thamrin,” ujar Thadiyus Yus, tokoh masyarakat Dayak Kalbar, yang ikut dalam aksi tersebut, ketika ditemui Pontianak Post di Bundaran HI.“Kami menolak dikatakan masyarakat Dayak bersenggama tanpa diikat perkawinan sebagai hal biasa,” tukas A Teras Narang, selaku Presiden Majelis Adat Dayak Nasional, dalam pernyataan sikap tertulisnya.
Aksi massa Dayak di HI cukup mendapat perhatian warga yang melewati kawasan tersebut. Masing-masing mereka --yang didominasi para mahasiswa-- itu mengenakan simbol adat, mulai dari pakaian, ikat kepala, dan sebagainya. Tak hanya itu saja, demonstaran juga memainkan alat musik bernuansakan Dayak sembari menari.Sambil menyimak orasi, pendemo memampangkan aneka poster dan spanduk yang berisikan kecaman dan protes. “Thamrin Jangan Samakan Kami dengan Aril”. “Masyarakat Dayak Menjunjung Tinggi Adat”. Demikian diantara bunyi poster maupun spandung yang diusung. “Selain hukum prositif, Kami juga meminta Thamrin dihukum adat,” tegas Rustam Acong, Deputi Presiden Majelis Adat Dayak Nasional yang juga tokoh masyarakat Dayak Kalimantan Selatan.
Boni, salah seorang mahasiswa Dayak yang kuliah di Jakarta, mengakau sengaja ikut hadir untuk berdemonstarasi. Sebelum berangkat, kata Boni, mereka terlebih dahulu berkumpul di Taman Suropati. “Sebagai seorang guru besar dan pakar, mestinya Prof Thamrin tidak asalkan sembarang bicara,” ungkap mahasiswa asal Sintang disela-sela mengikuti aksi.(stm/uni/mur/rnl)
SOURCE:::::::::::::::::::::::::::::::::::::pontianakpost.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar