Selasa, 09 November 2010

Rekor Baru Letusan Merapi

YOGYAKARTA Letusan Gunung Merapi yang terus-menerus sejak Kamis (4/11) hingga kemarin mencatat rekor baru sebagai letusan terdahsyat dalam sejarah letusan gunung yang berada di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) itu.
Image






EVAKUASI TERNAK Anggota Kopassus mengevakuasi sapi dari Dusun Banjarsari, Desa Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, kemarin. Ternakternak tersebut ditinggalkan pemiliknya saat terjadi letusan Merapi yang diikuti awan panas Jumat (5/11) dini hari.




Kedahsyatan letusan 2010 ini melampau letusan 1872. Berdasarkan catatan sejarah, letusan Merapi pada 1872 tercatat terjadi selama 120 jam,sedangkan letusan 2010 ini sudah lima hari tiada henti sejak Kamis (4/11) dan sampai kemarin masih berlangsung atau lebih dari 120 jam lebih tanpa henti.Itu pun belum termasuk letusan Merapi pertama yang terjadi pada 26 Oktober lalu. Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta Subandriyo mengungkapkan, luncuran awan panas pada letusan 138 tahun silam itu maksimal hanya 11–12 km, sedangkan letusan kali ini mencapai 14,5 km.

Begitu pun material vulkanik yang dimuntahkan juga lebih banyak. Sejak Merapi meletus pada 2010 ini, sedikitnya sudah 100 juta meter kubik material vulkanik yang sudah dimuntahkan. “Pada letusan 1872 tidak diketahui berapa material vulkanik yang dikeluarkan.Yang jelas lebih banyak letusan sekarang ini. Mungkin letusan 2010 ini merupakan yang terdahsyat sepanjang sejarah letusan Merapi yang pernah ada. Ini rekor baru Merapi,”katanya kemarin. Hingga kemarin, aktivitas Merapi tercatat masih tinggi.Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM Surono mengatakan, berdasarkan analisis seismogram selama enam jam,pukul 06.00–12.00 WIB,masih terjadi awan panas dengan intensitas sedang sebanyak dua kali, masing-masing berdurasi sembilan menit.

“Awan panas masih terjadi. Gempa vulkanik dalam enam jam terjadi sembilan kali, sedangkan tremor dan guguran berlangsung secara beruntun,” ujarnya di Yogyakarta kemarin. Menurut Surono,dari pos pengamatan darurat di Ketep dilaporkan masih sering terjadi gemuruh dengan intensitas sedang dan kuat. Dari pengamatan di sektor timur atau Klaten, terdengar suara gemuruh yang sangat kuat. “Beberapa kepulan awan panas terlihat ke arah barat daya dengan daya luncuran maksimum sejauh 4 km,”jelasnya. Dengan masih tingginya aktivitas Merapi, status gunung teraktif di dunia tersebut masih tetap level IV atau awas.

Ancamannya masih berupa awan panas dan banjir lahar.Begitu pun zona aman bagi pengungsi tetap berada di luar radius 20 km dari puncak Merapi. “Sebanyak 12 sungai yang berhulu di Gunung Merapi,yaitu Kali Woro, Gendol, Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, Sat, Lamat, Senowo, Trising, dan Apu, masih berbahaya,”tegasnya. Selain ancaman material Merapi, masyarakat di kawasan Merapi juga harus mewaspadai bahaya sekunder berupa banjir lahar. Berdasarkan laporan yang diterima BPPTK Yogyakarta, pada pukul 11.00 sampai 12.00 WIB,lima sungai yang berhulu di Gunung Merapi mengalami banjir lahar.

Kelima sungai itu adalah Sungai Apu, Trising, Lamat, Putih, dan Senowo. Banjir lahar berlangsung setelah sekitar pukul 11.00 terjadi hujan di puncak Merapi. BPPTK Yogyakarta juga melaporkan, endapan material vulkanik di 12 sungai yang berhulu di Gunung Merapi juga semakin besar. Endapan tersebut sangat berpotensi terjadi banjir lahar jika intensitas hujan tinggi terjadi di puncak gunung bertipe strato tersebut.

Korban Tewas Bertambah

Jumlah korban tewas akibat letusan Gunung Merapi yang terjadi pada Jumat dini hari (5/11) terus bertambah.Kemarin, tim evakuasi kembali menemukan lima jenazah di Glagaharjo, Cangkringan. Selain itu,tiga pasien luka bakar awan panas yang dirawat di RSUP dr Sardjito Yogyakarta juga dilaporkan tewas. Dengan tambahan ini,korban tewas menjadi 96 orang. Sejak Merapi meletus 26 Oktober, jumlah korban tewas mencapai 141 jiwa dan korban luka 453 orang.Korban selamat yang menjalani perawatan di RSUP dr Sardjito tercatat berjumlah 103 orang. Dari jumlah tersebut, 29 di antaranya mengalami luka bakar, sisanya dalam berbagi kondisi.

Komandan tim gabungan evakuasi dari Kopassus Grup 2,Letkol (Inf) Jimmy Manuli, mengungkapkan lima jenazah ditemukan tim SAR DIY di dua tempat yang berbeda.Tiga jenazah ditemukan di barak Glagaharjo dan dua lainnya di rumah warga Dusun Ngancar, Desa Glagaharjo, Cangkringan, yang terletak 1 km dari barak Umbulharjo. Kondisi barak Glagaharjo yang berjarak 10 km dari puncak Merapi saat ini luluh lantak oleh lahar. Dua dari tiga jenazah yang ditemukan di barak Glagaharjo diduga sebagai anggota relawan Taruna Tanggap Darurat Bencana (Tagana) Yogyakarta yang sebelumnya dilaporkan hilang. Tim SAR Sleman Sunarhadi mengatakan, Glagaharjo memang menjadi target wilayah pencarian para relawan Tagana tersebut.

Sebab para relawan itu terakhir kali terlacak di Desa Glagaharjo. Adapun di Klaten,dua jenazah korban letusan Merapi yang berada di Desa Balerante,Kecamatan Kemalang, berhasil dievakuasi kemarin siang. Korban teridentifikasi bernama Sukarni, 45, dan Ratno Wiyono alias Walidi yang merupakan warga setempat ditemukan dalam kondisi melepuh akibat terkena awan panas. Evakuasi korban Merapi masih sangat sulit.Sebab,ancaman awan panas setiap saat mengancam tim evakuasi. Jimmy membenarkan, saat sedang evakuasi, lagi-lagi awan panas selalu menghampiri sehingga tim evakuasi pun menghentikan dalam pencarian korban.

Hingga kemarin, berdasar laporan orang hilang yang diterima tim gabungan dari kedokteran kepolisian dan Bagian Forensik Sardjito, masih ada sekitar 200 orang yang belum diketahui keberadaannya. Di antara yang dilaporkan hilang adalah 2 anggota Tagana dan 5 relawan. Anggota Tagana yang dilaporkan hilang adalah Supriyadi asal Kulonprogo dan Supriyanto asal Cangkringan. Sementara relawan yang dilaporkan hilang adalah Arif Widiatmoko dari Cangkringan, Yadi dari Cangkringan, Agus dari Cangkringan, Ngatimin dari Kali Tengah Kidul, dan Supono dari Kali Tengah Kidul.

Sementara empat warga yang hilang adalah Muji Raharjo dari Argo Mulyo, Asep Nugroho dari Argo Mulyo, Juminah dari Argo Mulyo, dan Darjo Karyo dari Glagaharjo. (ridwan anshori/priyo setiawan/maha deva/ant)



SOURCE:::::::::::::::::::::::::::::::::::::SINDO

JANGAN LUPA TINGGALKAN KOMENTAR ANDA.......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Fashion & Shopping (Luxury) - TOP.ORG