Sabtu, 30 Oktober 2010

Mistis Dibalik Meletusnya Gunung Merapi

PUTRICANDRAMIDI -Yogyakarta, Warta Kota - Ada lelaki tua misterius muncul beberapa saat jelang letusan Gunung Merapi, Selasa (26/10). Dia berpakaian busana adat Jawa dan diiringi lidah api. Lelaki tua itu mengatakan akan menghabisi Keraton Yogyakarta.

Itulah yang diingat Yati, istri Ponimin, sesaat sebelum Gunung Merapi meletus. Yati dikunjungi Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas pada Kamis (28/10), sosok misterius itu mengenakan busana adat Jawa. Yati mengaku tidak tahu maksud kemunculan mahkluk misterius tadi.

"Ada seseorang yang terlihat mengenakan jarik bergambar wayang yang tiba-tiba muncul di depan saya sebelum Gunung Merapi meletus kemarin," kata Yati, saat ditemui disela-sela menemani perawatan Ponimin, suaminya, di klinik dr Anna Ratih Wardani di Ngentak, Umbulmartani, Ngemplak, Sleman, Jumat (29/10).

Sosok misterius itu tiba-tiba muncul di depan rumahnya yang ada di kawasan Kali Adem, daerah paling dekat dengan Gunung Merapi.

"Di belakang dia ada api abang (merah) sekali yang berbentuk segi empat," kata Yati lagi. Lelaki dan api itu tampak membelakangi Merapi, sedangkan Yati menghadap ke arah gunung.

Lelaki tua itu kemudian sempat ngobrol dengan Yati menggunakan bahasa Jawa ngoko. "Dia bilang begini, 'Kowe nyingkiro. Ngaliho. Aku arep ngentekke Keraton Ngayogyakarto (Kamu pindah. Bergeserlah. Aku akan habisi Keraton Yogyakarta)'," kata Yati yang secara spontan langsung menutup Al-Quran. Saat itu Yati masih mengenakan mukena setelah salat magrib.

Sambil terus membaca doa, Yati kemudian membalas ujaran lelaki tua misterius itu. "Ojo! (Jangan)," teriak Yati. Si bapak tua itu bicara lagi, "Ratumu ono opone, kok tok belo koyo ngene (Ratumu itu ada apanya, kok dibela sampai seperti ini)". Sekali lagi, Yati mengatakan, "Ojo!". Tidak berapa lama kemudian, ada balasan dari lelaki itu.

"Nek ngono aku ngobrak-abrik kene wae (Kalau begitu aku obrak-abrik sini saja)," ujar lelaki tadi. Seketika itu, kata Yati, bapak tua yang muncul tiba-tiba juga menghilang dengan tiba-tiba. Anehnya, api berbentuk segi empat itu tetap mengejar Yati saat dia bergegas masuk ke rumahnya.

"Api yang ada di belakang bapak tua tadi langsung mengejar saya. Saya segera menarik anak-anak dan memasukkan ke balik mukena yang masih saya pakai," cerita Yati. Di dalam rumah, api merah itu tetap mengejar.

Saat Yati bertemu lelaki misterius, Ponimin sedang mencari dedaunan. Daun dadap serep dan daun awar-awar yang dicari itu dipercaya Ponimin sebagai penangkal bencana. Saat lari dari kejaran api, Yati bertemu dengan suaminya di depan rumah. Keduanya lalu masuk ke rumah dan berlari menuju kamar bersama lima anaknya. "Mereka ada di dalam mukena yang saya pakai," ujar Yati.

Mereka selamat meski api berkobar-kobar di sekeliling rumahnya. "Atap rumah terbang semuanya. Kaca-kaca jendela juga pecah," kata Yati. Setelah awan panas reda, mereka baru berani ke luar. Tapi tanah yang diinjak terasa panas. Yati, Ponimin dan anak-anaknya berhasil masuk ke mobil.

Hanya saja, baru jalan beberapa meter ban mobilnya pecah karena meleleh. Seketika itu di saat sedang panik, mereka kembali masuk rumah. Yati menceritakan, di dalam rumah itu mereka mengumpulkan tujuh bantal dan satu sajadah. Benda-benda itulah yang kemudian dijadikan 'alat' keluar dari rumah dan menuju tempat aman.

Tak lama kemudian, ada salah satu tetangga Yati yang menolong dan membawa keluarga tersebut ke RS Panti Nugroho, Pakem, sekitar 15 kilometer jaraknya dari Merapi. Kini, Ponimin dan keluarganya mengungsi di rumah dokter Anna Ratih Wardhani di Dusun Ngentak, Umbulmartani, Ngemplak, Sleman, sambil merawat dua kakinya yang melepuh. (Irwan Kintoko)


JANGAN LUPA TINGGALKAN KOMENTAR ANDA.......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Fashion & Shopping (Luxury) - TOP.ORG